Rabu, 18 Mei 2011

KETERKAITAN ANTARA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN DENGAN FILSAFAT

Dalam kehidupan sehari-hari kita juga akan merasakan adanya fenomena dan nuomena, begitu pula jika kita mempelajari Filsafat pasti juga akan berjumpa dengan istilah fenomena dan nuomena. Di dalam fenomena terdapat unsur yang berubah dan unsur yang bersifat tetap. Dalam filsafat juga terdapat istilah commensurable yang berarti mengukur dengan ukuran yang sama (adil ). Seorang tokoh filsafat yang bernama Gestalt, beliau menggunakan suatu metode yang disebut dengan metode pembelajaran dengan menggunakan model-model atau alat peraga, misalnya saja kubus, balok, segitiga-segitiga, dll. Commensurable yaitu mengukur dengan ukuran yang sama, misalnya dalam mengukur skala bilangan segitiga siku-siku dengan skala sisi siku-sikunya bilangan bulat, maka sisinya miringnya tidak bisa dinyatakan dengan bilangan bulat itu tadi, dan masih banyak contoh yang lainnya. Untuk konsep incommensurability pertama kalinya dilakukan oleh Pythagoras.
Banyak sekali tokoh-tokoh yang berjasa dalam bidang filsafat, misalnya saja Hilbert. Hilbert dapat membawa pengaruh yang kuat di Negara Indonesia terutama dalam bidang matematika yaitu beliau berhasil membangun suatu sistem matematika yang modern dan masih di pakai sampai saat ini, misalnya saja struktur geometri, aljabar, dll.
Filsafat dapat di implikasikan dalam matematika murni yang berkaitan dalam dunia pendidikan matematika, yaitu dapat membawa manfaat untuk mengetahui kualitas dan kuantitas secara bertingkat. Sedangkan untuk tema dalam hantu di kelas RSBI terdapat tulisan, kata-kata, dan tindakan yang berupa doa, untuk tulisan hantu tersebut bermakna suatu musibah, maka dalam ritual atau pendapat orang jawa maka hal tersebut perlu dilakukan upacara atau ritual ruwatan, sedangkan dalam ilmu filsafat maka hal tersebut hanya cukup dengan dijelaskan. Dalam filsafat ada dua objek yaitu, objek formal yang berarti wadah dan objek material yang mempunyai makna isi, tetapi wadah disini juga dapat berperan sebagai isi.
Di dalam filsafat kita sebagai orang yang mempelajari filsafat kita bebas untuk berfikir karena sifat dari filsafat itu adalah menterjemahkan dan diterjemahkan tentang teori ( referensi tesis / pendapat sendiri ) dan paktek ( pengalaman antithesis ) , dan satu kelemahan dari kebebasan berfikir yaitu dapat terkendala oleh referensi, sebab hidup berdasarkan dengan teori dan praktek. Sedangkan untuk aplikasi setelah kita mempelajari filsafat adalah meliputi yang ada dan yang mungkin ada di dunia ini. Dan untuk manfaat dari pendidikan karakter itu sendiri adalah oleh siapa dan untuk siapa kita mempelajari filsafat.
Di dalam pikiran kita ada yang bisa menjadi kenyataan, asalkan kita berfikir secara terang dalam arti kita merasa tidak ada jarak sedikitpun antara aku dengan Sang Pencipta itulah makna dari setinggi-tingginya hati dan diekstensikan makna terang dalam hati juga terang dalam hakekat berfikir kita, karena setinggi-tingginya berfikir tidak lain dan tidak bukan adalah refleksi diri kita dalam mengambil keputusan. Untuk kesadaran vertikal meliputi, intuisi yang berarti pengalaman, kemungkinan apa yang kita fikirkan akan menjadi kenyataan yang ada kaitannya dengan intuisi ( ada logika, justifikasi ).
Imaginer atau membayangkan, kita sebagai manusia mahluk Tuhan yang paling sempurna pasti jelas memiliki bayangan dalam hidupnya, tetapi itu semua tergantung bagaimana orang tersebut menyikapinya. Kita akan terbebas dengan yang namanya imagi ketika kita sedang tidur, selain itu kita tidak akan dapat terlepas dari yang namanya imagi. Karena di dalam perjalanan imaginer apa yang pernah kita banyangkan akan dilaporkan.
Satu hal yang penting untuk di ingat di catat dan di pahami, kita dalam mempelajari ilmu apapun tidak boleh sombong, angkuh, karena semua ilmu yang kita dapatkan akan terasa sia-sia apabila kita tidak membaginya dengan orang lain, tujuan kita belajar mendapatkan ilmu itu adalah dapat membagi ilmu yang telah kita dapatkan kepada orang lain, supaya ilmu yang telah kita dapatkan dapat bermanfaat bagi semua orang. Karena tidak ada satupun manusia di bumi ini yang sempurna, karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah semata, Sang Pencipta alam semesta yang indah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar